
Tapi bukan hanya pada status pengangguran yang menjadi pekerjaan besar pemerintah saat ini. Lebih dari itu, yang lebih parah adalah dampak jumlah pengangguran yang setiap tahun menunjukkan grafik naik atau bertambah. Belum lagi persoalan jumlah penduduk yang mencapai pertambahan hingga satu juta orang setiap tahunnya.
Secara matematis, bertambahnya angka pengangguran otomatis akan menambah daftar warga miskin di tanah Soekarno ini. Bisa dibayangkan, angka kelulusan yang tinggi dari tamatan SMA atau yang sederajat tahun ini saja, bila tidak terserap dunia kerja, mereka mau ke mana? Untung-untung kalau mereka punya kompetensi atau bakat jadi pengusaha, bisa membuka lapangan keja sendiri. Kalau tidak? Salah siapa?

Pengangguran, apa hubungannya dengan pengemis? Tentu saja ada. Kalau yang menganggur tidak punya pekerjaan, mau lari ke mana? Yang kebal muka,mereka santai saja untuk menjadi pengemis. Atau mungkin dibayar jadi pengemis. Sama saja, namanya juga peminta-minta, mereka juga berbuat untuk sekadar mengisi perut saja. Tapi sayangnya, tindakan aparat yang seperti Rambo, mengusir mereka seolah mereka adalah binatang yang tak punya nilai di masyarakat. Padahal pengemis juga manusia.
PR bagi pemerintah untuk segera merealisasikan janji-janjinya. Jaminan untuk pemberantasan pengemis dan sekutunya, harus segera terlaksana. Bukan dengan aksi jago-jagoan memberantas mereka semua. Siapa kuat dan siapa yang lemah? Yang kuat tentu menang dan yang lemah tentu kalah. Tapi pemerintah harus cerdas, karena para pengemis juga adalah warga negara yang harus dijamin hidupnya oleh pemerintah. Dengan kata lain, mereka juga manusia seperti kita. Mereka adalah anak bangsa yang 'mungkin' terlupakan oleh para koruptor di negeri ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar