Jumat, 27 November 2009

Pengangguran dan Pengemis di Indonesia


Pada artikel kali ini, saya akan membahas tentang pengangguran dan pengemis. Dimana kita semua tahu bahwa pengangguran dan pengemis menjadi salah satu problem sosial di negara kita Indonesia. Menurut peneliti dari Pusat Penelitian Ekonomi (P2E) LIPI, Latif Adam, angka pengangguran di Indonesia diperkirakan akan naik sebesar 9 persen di tahun 2009 dari tahun lalu, sekitar 8.5 persen. Menurutnya, kenaikan jumlah pengangguran ini lebih disebabkan menurunnya penyerapan tenaga kerja dalam bidang industri, yang mencapai 36.6 persen pada kuartal kedua di tahun 2008 lalu.

Tapi bukan hanya pada status pengangguran yang menjadi pekerjaan besar pemerintah saat ini. Lebih dari itu, yang lebih parah adalah dampak jumlah pengangguran yang setiap tahun menunjukkan grafik naik atau bertambah. Belum lagi persoalan jumlah penduduk yang mencapai pertambahan hingga satu juta orang setiap tahunnya.

Secara matematis, bertambahnya angka pengangguran otomatis akan menambah daftar warga miskin di tanah Soekarno ini. Bisa dibayangkan, angka kelulusan yang tinggi dari tamatan SMA atau yang sederajat tahun ini saja, bila tidak terserap dunia kerja, mereka mau ke mana? Untung-untung kalau mereka punya kompetensi atau bakat jadi pengusaha, bisa membuka lapangan keja sendiri. Kalau tidak? Salah siapa?


Di sisi lain, banyak juga orang-orang yang menjadi pengemis. Dan kita tahu bahwa tak seorangpun yang mau menjadi pengemis. Apa lagi sengaja menyandangnya. Salah satu faktor penyebab maraknya pengemis sebagai profesi yang 'terpaksa' maupun 'dipaksa' adalah dampak dari tidak adanya solusi yang menjamin masa depan mereka. Mungkin di luar sana ada yang mengemis, padahal pernah mengenyam dunia pendidikan sekelas SMP sampai jejang SMA. Apa lagi sekarang untuk menjadi karyawan atau tenaga honorer saja bukan lagi berlabel lulusan SMA tapi Sarjana. Sedangkan lulusan Sarjana saja banyak yang menganggur. Apa lagi lulusan SMA?

Pengangguran, apa hubungannya dengan pengemis? Tentu saja ada. Kalau yang menganggur tidak punya pekerjaan, mau lari ke mana? Yang kebal muka,mereka santai saja untuk menjadi pengemis. Atau mungkin dibayar jadi pengemis. Sama saja, namanya juga peminta-minta, mereka juga berbuat untuk sekadar mengisi perut saja. Tapi sayangnya, tindakan aparat yang seperti Rambo, mengusir mereka seolah mereka adalah binatang yang tak punya nilai di masyarakat. Padahal pengemis juga manusia. 




PR bagi pemerintah untuk segera merealisasikan janji-janjinya. Jaminan untuk pemberantasan pengemis dan sekutunya, harus segera terlaksana. Bukan dengan aksi jago-jagoan memberantas mereka semua. Siapa kuat dan siapa yang lemah? Yang kuat tentu menang dan yang lemah tentu kalah. Tapi pemerintah harus cerdas, karena para pengemis juga adalah warga negara yang harus dijamin hidupnya oleh pemerintah. Dengan kata lain, mereka juga manusia seperti kita. Mereka adalah anak bangsa yang 'mungkin' terlupakan oleh para koruptor di negeri ini.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar