Rabu, 16 Desember 2009

Candi Muaro Jambi




 Kompleks Candi Muaro Jambi merupakan bukti bahwa kerajaan Melayu pernah beribukota di Muaro Jambi. Namun sayang, kondisinya memprihatinkan. Padahal Candi Muaro Jambi adalah situs purbakala terluas di Indonesia, dengan nilai teramat penting bagi ilmu pengetahuan, sejarah dan budaya. Kilaunya justru tersembunyi dari peradaban.

Selamat datang di Kompleks Situs Percandian Muaro Jambi. Tulisan tersebut menyapa lewat papan yang terletak di gapura kompleks Candi Muaro Jambi. Tulisannya hampir pudar, posisi papannya agak miring. Setelah melewati gapura, tak ada sambutan bagi calon pengunjung. Tampak beberapa kios, tapi semuanya kosong, tak terawat. Sekitar 20 meter dari gapura, ada loket untuk beli karcis masuk. Tapi lagi-lagi tak ada orang di sana. Kosong.
Situs Percandian Muaro Jambi terletak di Desa Muaro Jambi, Kecamatan Muaro Sebo, Kabupaten Muara Jambi. Jaraknya dari ibukota provinsi Jambi sekitar 40 kilometer. Kompleks ini tak jauh dari daerah aliran sungai Batanghari. Untuk sampai ke sana, bisa menempuh jalur darat atau pakai kapal cepat lewat sungai.
Ini adalah kawasan ibadat Budha dengan luas sampai 12 kilometer persegi, terluas di Nusantara. Pertama kali ditemukan oleh tentara Inggris bernama SC Crooke pada 1820, ketika ditugasi memetakan Sungai Batanghari. Menurut Bujang Dasril, Petugas Museum Candi Muaro Jambi sebagai situs purbakala paling luas, Muaro Jambi memilih 80-an candi, sembilan candi besar.

Dipugar
Bujang Dasril: Ini situs percandian Muaro Jambi, arealnya 12 kilometer persegi. Di sini, ada sembilan candi yang besar, pertama Candi Kotomahligai, arah ke barat lagi. Ada Candi Kedaton lebih kurang empat kilo dari sini, candi Gedong satu dan Gedong dua, lebih kurang satu kilo dari tempat kita sekarang ini. Candi Gumpung, sekarang kita berada di candi Gumpung. Candi Tinggi, Telago Rajo, Candi Kembar Batu dan Candi Astano. Itu ada sembilan yang besar.
Dari sembilan candi besar itu, baru enam candi selesai dipugar. Di sini, candi selalu dikelilingi kanal. Artinya, sejak dulu transportasi air sudah diakrabi masyarakat sekitar. Namun, kanal-kanal itu kini tertutup tanah dan semak belukar, sehingga tidak bisa lagi dilewati.
Candi Gedong Satu terhitung unik di kompleks candi Muaro Jambi. Tak diketahui secara pasti kapan candi ini dibangun. Luas halamannya sekitar 500an meter persegi, terdiri dari bangunan induk dan gapura. Bentuknya sangat berbeda dengan candi umumnya di Pulau Jawa. Candi tak dibuat dari batu alam, tapi dari batu bata. Pada tiap bata merah, terdapat pahatan relief. Sebagian dari bata ini ada yang disimpan di museum.
Bujang Dasril: Semua candi terbuat dari batu bata, semuanya. Jadi, sekarang untuk pemugaran semua candi itu sudah renovasi. Jadi, sekarang sudah menggunakan semen untuk lemnya. Dulu kita belum tau pakai apa untuk lemnya. Jadi, sekarang sudah pakai semen untuk perekatnya.

Arca
Ditemukan banyak benda bersejarah yang tak ternilai harganya di kompleks candi ini. Kini barang-barang itu disimpan di museum. Misalnya ada arca gajah singa, juga arca Dwarapala.
Bujang Dasril: Ini arca Dwarapala, ditemukan di Candi Gedong. Secara tidak sengaja ditemukan pada tahun 2002 waktu kita pemugaran gapuranya. Sebetulnya ini dua arca, cuma satu yang kita temukan. Kalau dulu fungsinya sebagai penjaga gerbang, kalau sekarang katakanlah sekuritinya atau satpamnya.
Satu arca lagi adalah Arca Prajnaparamita, dewi perlambang kesuburan. Sayang, beberapa bagian arca ini belum ditemukan seperti tangan dan kepalanya.
Bujang Dasril: Ini arca Prajnaparamitha, ini yang ditemukan di Candi Gumpung. Sayangnya sampe sekarang kepalanya belum kita temukan. Ini perempuan, ini adalah suatu lambang suci agama Budha.
Di museum ini juga tersimpan belanga dari perunggu seberat 160 kilogram, tingginya 60an sentimeter, dengan diameter lubang belanga sekitar satu meter. Belanga ini diduga sebagai salah satu alat ritual umat Budha aliran Tantrayana.
Benda-benda purbakala bersejarah di Kompleks Candi Muaro Jambi sungguh tak ternilai harganya. Tapi harta ini terbengkalai, kesepian dan tak terurus mengingat prasarana tidak diperhatikan. Jalan rusak menuju candi, tak ada sarana transportasi memadai, fasilitas yang tersedia pun payah.

Potensi wisata
Pemerintah Daerah Muaro Jambi sadar akan potensi wisata yang dimiliki Candi Muaro Jambi. Mereka berjanji bakal membenahi infrastruktur demi mengembangkan wisata. Misalnya, membuat jalan setapak antar candi. Kanal juga akan dibersihkan dan dibuka lagi, supaya wisatawan bisa datang ke candi dengan menggunakan perahu tradisional.
Keinginan itu ada, kata Kepala Dinas Pariwisata Muaro Jambi, Muhammad Taufik.
Muhammad Taufik: Selain festival candi Muaro Jambi, pemerintah daerah juga sudah membuat jalan setapak yang menghubungkan candi ke candi tadi. Jadi, untuk tahun 2008 ini, kita membangun jalan setapak sepanjang 1,6 kilo, itu dari Candi Gedong Satu dan Gedong Dua itu menuju Candi Kedaton. Dari candi Kedaton itu, terdapat kanal sepanjang 4,1 kilo yang nanti bisa dilayari dengan perahu tradisional.
Tapi sebelum memperbaiki itu semua, Bupati Muaro Jambi Burhanuddin Mahar punya keinginan lain. Yang paling penting, kata dia, adalah merenovasi candi.
Burhanuddin Mahar: Sebab keinginan saya candi ini harus direnovasi. Agar menarik minat para wisatawasan baik lokal mau pun luar negeri untuk berkunjung kesana.
Kalau penampilan Candi Muaro Jambi sudah diperbaiki, potensi wisata di sini harus terus diperkenalkan. Salah satunya adalah dengan menjadikan candi sebagai lokasi perayaan Hari Raya Waisak. Sekjen Majelis Budhayana Indonesia, Budiman.

Bersejarah
Jika lokasi candi Muaro Jambi dibenahi secara maksimal, banyak harapan bahwa situs kepurbakalaan di Muaro Jambi ini akan menarik minat kunjungan wisatawan dan ilmuwan internasional.
Jika potensi wisata di Candi Muaro Jambi bisa dihidupkan, perekonomian masyarakat sekitar pastilah ikut bergeliat. Paling tidak, cinderamata khas Muaro Jambi bakal dibuat demi memenuhi kebutuhan wisatawan. Harapan ini disampaikan Ferdinand salah satu pengunjung candi.
Bisa gak? Muara Jambi ini dijadikan seperti Borobudu? Artinya, memang di sekitar Candi Muaro Jambi itu tidak ada umat Budhanya, seperti Borobudur. Tapi lingkungan sekitarnya menjual apa namanya pernik-pernik tentang candi muaro jambi. Artinya, kalau orang datang ke Jambi, itu ada hasil kenang-kenangan candi muaro Jambi yang bentuk kecilnya itu.
Candi Muaro Jambi pasti bisa dikemas lebih cantik, supaya laku dijual ke wisatawan dalam dan luar negeri. Tak sekadar itu saja, peninggalan bersejarah harus dijaga, bagaimana pun caranya.