Sabtu, 28 November 2009

Cinta itu Mengerikan??

cinta itu mengerikan y?
sulit ditebak..sulit jg diterka..
kadang kita ga pernah tau sampe kapan bisa memiliki cinta yg kita miliki itu..
bisa saja ia pergi tanpa bilang ap2..
yg akhir nya membuat banyak hati yang luka..
dan kemudian tak percaya lagi apa itu cinta .

cinta itu mengerikan y?
terlihat manis pada bungkus nya..
dan beberapa org menemukan bahwa isi nya adalah kepahitan..kpalsuan ataupun kbohongan..
yg lagi2 membuat hati orang" terluka..kemudian tak percaya lagi apa itu cinta .

cinta itu mengerikan y?
kadang bisa pergi gt aja..
hanya karena sebuah alasan, yg sebenar nya tidak perlu dijadikan alasan..
ataupun hanya karena sebuah alasan yang tidak masuk akal..
tapi beberapa orang yg berhati busuk , menggunakan alasan itu sbg perisai mereka,
agar mereka bisa meninggalkan hati yang telah mencintai mereka dgn tulus..
kemudian lagi" membuat hati orang" terluka..kemudian mulai membenci apa yg disebut cinta..

cinta itu mengerikan y?
tak pernah bisa diketahui, apakah itu tulus atau hanya sebuah landasan untuk suatu maksud tersembunyi?
dan ketika cinta itu digunakan untuk sebuah maksud yang tersembunyi..
lagi" cinta itu membuat hati orang" terluka..dan tidak ingin lagi berurusan dengan yang namanya "cinta"..

cinta itu sangat mengerikan y?
ketika kita telah memberikannya dengan tulus kepada orang yang salah..
dimana kita harus ditinggalkan dan ia lebih memilih hati yang lain..
yang belum tentu mengerti ap itu cinta..
dan akhirnya cinta menjadi suatu hal yang di anggap kosong..dan tidak ada lagi orang yang ingin mengenal cinta..


TAPI...
Semuanya itu tidak akan menjadi mengerikan lagi....
ketika cinta diberikan oleh orang" yang benar" tulus mencintai kepada orang" yang benar" mengerti akan cinta itu sendiri..
dan...cinta itu juga tidak akan menjadi mengerikan lagi...
jika sekarang, orang" yang berhati busuk itu telah menyadari apa yang telah mereka perbuat selama ini..
yang telah menyakiti hati banyak orang..

semoga mereka mengerti dan segera berubah untuk tidak menyakiti lebih banyak orang lagi :)

Jumat, 27 November 2009

Pengangguran dan Pengemis di Indonesia


Pada artikel kali ini, saya akan membahas tentang pengangguran dan pengemis. Dimana kita semua tahu bahwa pengangguran dan pengemis menjadi salah satu problem sosial di negara kita Indonesia. Menurut peneliti dari Pusat Penelitian Ekonomi (P2E) LIPI, Latif Adam, angka pengangguran di Indonesia diperkirakan akan naik sebesar 9 persen di tahun 2009 dari tahun lalu, sekitar 8.5 persen. Menurutnya, kenaikan jumlah pengangguran ini lebih disebabkan menurunnya penyerapan tenaga kerja dalam bidang industri, yang mencapai 36.6 persen pada kuartal kedua di tahun 2008 lalu.

Tapi bukan hanya pada status pengangguran yang menjadi pekerjaan besar pemerintah saat ini. Lebih dari itu, yang lebih parah adalah dampak jumlah pengangguran yang setiap tahun menunjukkan grafik naik atau bertambah. Belum lagi persoalan jumlah penduduk yang mencapai pertambahan hingga satu juta orang setiap tahunnya.

Secara matematis, bertambahnya angka pengangguran otomatis akan menambah daftar warga miskin di tanah Soekarno ini. Bisa dibayangkan, angka kelulusan yang tinggi dari tamatan SMA atau yang sederajat tahun ini saja, bila tidak terserap dunia kerja, mereka mau ke mana? Untung-untung kalau mereka punya kompetensi atau bakat jadi pengusaha, bisa membuka lapangan keja sendiri. Kalau tidak? Salah siapa?


Di sisi lain, banyak juga orang-orang yang menjadi pengemis. Dan kita tahu bahwa tak seorangpun yang mau menjadi pengemis. Apa lagi sengaja menyandangnya. Salah satu faktor penyebab maraknya pengemis sebagai profesi yang 'terpaksa' maupun 'dipaksa' adalah dampak dari tidak adanya solusi yang menjamin masa depan mereka. Mungkin di luar sana ada yang mengemis, padahal pernah mengenyam dunia pendidikan sekelas SMP sampai jejang SMA. Apa lagi sekarang untuk menjadi karyawan atau tenaga honorer saja bukan lagi berlabel lulusan SMA tapi Sarjana. Sedangkan lulusan Sarjana saja banyak yang menganggur. Apa lagi lulusan SMA?

Pengangguran, apa hubungannya dengan pengemis? Tentu saja ada. Kalau yang menganggur tidak punya pekerjaan, mau lari ke mana? Yang kebal muka,mereka santai saja untuk menjadi pengemis. Atau mungkin dibayar jadi pengemis. Sama saja, namanya juga peminta-minta, mereka juga berbuat untuk sekadar mengisi perut saja. Tapi sayangnya, tindakan aparat yang seperti Rambo, mengusir mereka seolah mereka adalah binatang yang tak punya nilai di masyarakat. Padahal pengemis juga manusia. 




PR bagi pemerintah untuk segera merealisasikan janji-janjinya. Jaminan untuk pemberantasan pengemis dan sekutunya, harus segera terlaksana. Bukan dengan aksi jago-jagoan memberantas mereka semua. Siapa kuat dan siapa yang lemah? Yang kuat tentu menang dan yang lemah tentu kalah. Tapi pemerintah harus cerdas, karena para pengemis juga adalah warga negara yang harus dijamin hidupnya oleh pemerintah. Dengan kata lain, mereka juga manusia seperti kita. Mereka adalah anak bangsa yang 'mungkin' terlupakan oleh para koruptor di negeri ini.




Kamis, 26 November 2009

Artikel Budaya Batik di Indonesia

Pada artikel ini, saya akan membahas tentang batik Indonesia yang beberapa waktu lalu sempat di klaim oleh Malaysia sebagai budaya mereka. United Nation Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), telah mengukuhkan tradisi batik sebagai salah satu budaya warisan dunia asli Indonesia. Walaupun sebelumnya wayang dan keris juga telah mendapat pengakuan yang sama dari UNESCO beberapa waktu lalu.


“Enam negara yang merupakan perwakilan dari UNESCO telah melakukan pengkajian terhadap budaya batik,” kata Tjetjep Suparman sebagai Direktur Jenderal Nilai Budaya, Seni dan Film Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Setelah melakukan kajian serta verifikasi selama tiga tahun, akhirnya terdapat pengakuan terhadap budaya batik sebagai budaya milik Indonesia. “Penetapannya pada 28 September 2009 lalu", kata Tjetjep. Sedangkan pengukuhannya baru akan dilakukan pada 2 Oktober 2009 di Perancis.

Selain batik, saat ini pemerintah juga mengajukan beberapa hasil budaya untuk mendapatkan pengakuan yang sama, diantaranya gamelan dan angklung. “Mudah-mudahan prosesnya bisa berjalan lancar,” katanya.


BATIK berasal dari kata Jawa amba(menulis) dan titik (juga berarti titik dalam bahasa Indonesia). Selain itu ada juga yang mengartikannya sebagai menghamba pada titik. Memang titik merupakan desain dominan pada batik. Di Museum Nasional dapat kita lihat detail motif batik pada penggambaran kain pada patung-patung batu yang berasal dari abad ke 8 (contoh patung patung yang berasal dari candi Prambanan) maupun pada patung-patung yang berasal dari abad ke 13 (Singosari) dan abad ke 14 (Majapahit). Walaupun demikian penulisan pertama tentang pembuatan batik di Jawa berasal dari pencatatan keraton di Jawa Tengah pada abad ke 16 (Aspects of Indonesian Culture).

Teknik dasar batik (dye resistance pattern) menurut info berasal dari Mesir sekitar 1500 tahun yang lalu. Di Museum Nasional terdapat juga kendi China yang dibuat dengan mencoba mempraktekkan teknik membatik ini pada keramik. Tapi percobaan pada kain tampaknya lebih berhasil di Jawa. Dari namanya saja sudah jelas asal tempat yang membesarkan nama batik itu sendiri.

Dengan perkembangan perdagangan kain di Jawa maka masuklah kain dari India pada sekitar tahun 1800 dan dari Eropa pada sekitar tahun 1815. Karena menggunakan kain yang lebih berkualitas maka perkembangan batik Jawa semakin pesat dan semakin terkenal.

Mattiebelle Gittinger yang meneliti tekstil di Indonesia dalam tulisannya di Arts of Asia (September – Oktober 1980) menyebutkan bahwa pemakaian teknik dasar membatik yang menggunakan lilin ini mungkin berasal dari Cina dan India, tapi semua alat membatik dan proses pembatikannya merupakan sesuatu yang khas Jawa. Canting adalah alat penulisan batik yang ditemukan oleh orang Jawa dan menunjukkan kepandaian yang tinggi dari nenek moyang kita.

Bahkan, menurut Gittinger orang Belanda pada abad ke 17 mulai memperdagangkan batik dan pada abad ke 19 mulai menghasilkan tekstil pabrik bermotif batik yang kemudian diperdagangkannya ke Afrika Barat.

Sayangnya hasil artistik yang bernilai tinggi ini menurut para ahli, kurang diperhatikan pemerintah. Bahkan seorang Malaysia menyanjung kepedulian pemerintahnya pada perkembangan batik Malaysia, dengan mengutip harian Jakarta Post yang membahas mengenai perbandingan perkembangan batik Indonesia dengan Malaysia yang sebenarnya menggunakan pekerja dari Indonesia. Kurangnya perhatian pemerintah pada perkembangan batik memang tersorot pada tahun 2005 karena ternyata Malaysia terlebih dahulu mematenkan batik seperti yang tertulis di harian Republika. Memang persoalan paten ini menurut harian Kompas banyak yang tidak tahu, dan cukup sulit memperjuangkan pengakuan hak kekayaan tradisi budaya. Perhatian Malaysia pada hak paten memang lebih tinggi, dan promosi mereka terhadap batik Malaysia cukup besar, seperti yang terlihat pada perangko Malaysia.

Padahal batik sebenarnya mengandung nilai sejarah yang sangat tinggi. Motif batik Parang Rusak misalnya, sebenarnya termasuk motif batik sakral yang hanya dipergunakan di lingkungan kraton. Demikian juga warna batik pada motif parang bisa menentukan asal kraton pemakainya, apakah dari Kraton Solo atau dari Kraton Jogja.

Selain membawa arti simbolis, mengamati batik juga memperlihatkan kekayaan budaya serapan Indonesia. Di Museum Nasional kita bisa melihat perbedaan antara batik pesisir yang terpengaruhi oleh budaya Cina, budaya Islam, maupun pengaruh pendudukan Belanda yang memang pada waktu itu juga menghasilkan batik Belanda (berasal dari pabrik yang dimiliki oleh orang Belanda di Indonesia).

Jadi bagaimana kita bisa ikut membantu menjaga warisan yang bernilai budaya dan sejarah ini? Beberapa orang sudah memulainya, dalam hal produksi selain pabrik pabrik besar dan kecil, ada juga desainer seperti Iwan Tirta, Harry Dharsono, dan Obin. Sekarang ada Joop Ave yang mengajak anda melihat batik sebagai elemen interior.

Hak paten desain batik kita juga perlu diperhatikan, diperlukan bantuan pemerintah terhadap pengusaha kecil yang mungkin tidak tahu menahu mengenai hak cipta. Tidak lucu kalau suatu hari ada pembatik yang dituntut karena menggunakan desain batiknya yang sudah dipatenkan negara lain.